Diagnosis dan Tatalaksana Ketoasidosis Diabetikum
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan kondisi dekompensasi metabolik akibat defisiensi insulin absolut atau relatif dan merupakan komplikasi metabolik akut diabetes melitus yang serius. KAD terjadi bila defisiensi insulin yang berat yang tidak hanya menimbulkan hiperglikemia dan dehidrasi, tetapi juga mengakibatkan produksi keton meningkat serta asidosis metabolik. Diagnosis dan tatalaksana ketoasidosis diabetikum harus dilakukan dengan cepat.
Faktor presipitasi: riwayat pemberian insulin inadekuat, infeksi (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi intraabdominal, sepsis), infark (serebral, koroner, mesentrika, perifer), obat (kokain), kehamilan.
Diagnosis Ketoasidosis Diabetikum
Anamnesis
Mual/muntah, haus/poliuria, nyeri perut, sesak nafas, gejala tersebut di atas berkembang dalam waktu < 24 jam. Adanya faktor presipitasi.
Pemeriksaan fisik
- Takikardia
- Dehidrasi
- Hipotensi
- Takipnea
- Pernafasan Kussmaul
- Distres pernafasan
- Nafas bau keton
- Nyeri tekan perut
- Letargi atau koma
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan cito : gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin, aseton darah, urin rutin, analisis gas darah, EKG
Pemantauan:
- Gula darah berkala
- Darah perifer lengkap
- Ureum dan kreatinin serum
- Urinalisis
- Ketonemia dan/ atau ketonuria
- Elektrolit tiap 6 jam selama 24 jam, selanjutnya sesuai keadaan
- Analisis gas darah : bila pH < 7 saat masuk ® diperiksa setiap 6 jam s/d pH > 7,1. Selanjutnya setiap hari sampai stabil
- EKG, bila diperlukan
- Foto thorax PA, bila diperlukan
- Pemeriksaan lain (sesuai indikasi) : kultur darah, kultur urin, kultur pus.
Kriteria diagnosis
- Kadar glukosa > 250 mg/dL
- pH <7,35
- HCO3 < 18 mmol/L
- Anion gap meningkat
- Ketonemia dan/ atau ketonuria
Tatalaksana Ketoasidosis Diabetikum
Terapi
- Pemberian cairan. Akses IV 2 jalur, salah satunya dicabang dengan 3 way
- Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin
- Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
- Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
Cairan
- NaCI 0,9% diberikan ± 1-2 L pada 1 jam pertama, lalu ± 1 L pada ja, kedua, lalu ± 0,5 L pada jam ketiga dan keempat, dan ± 0,25 L pada jam kelima dan keenam, selanjutnya sesuai kebutuhan.
- Jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 L.
- Jika Na+ serum tinggi, ganti cairan dengan NaCI 0,45%.
- Jika GD < 200 mg/dL, ganti cairan dengan Dextrose 5%.
Insulin
- Bolus insulin rapid-acting 0,1 U/kgBB IV, dilanjutkan dengan drip 50 unit insulin rapid-acting dalam 48 cc NaCl 0,9% (syringe pump) mulai kecepatan 2,5 cc/ jam dengan target gula darah 140-180 mg/dl selama 6-12 jam.
- Jika penurunan gula darah sebagai berikut:
- GD 25-50 mg/dl: pertahankan dosis sebelumnya
- GD <25 mg/dl: naikkan dosis insulin
- GD >50 mgdl: turunkan dosis insulin
- Jika GD 140-180 mg/dl selama 6 kali berturut-turut, switch insulin ke kebutuhan insulin selama 24 jam (prandial dan basal).
- 2 jam sebelum stop drip insulin, boluskan insulin basal sesuai kebutuhan.
Kalium
- Cek kalium serum per 6 jam, koreksi KCl dalam 200 cc NaCl 0,9% habis dalam 4 jam.
- Bila kadar K+ (mmol/L) pada pemeriksaan elektrolit:
- < 3,5 : drip KCI 40 mEq
- 3,5 – 4,5 : drip KCI 20 mEq
- 4,5 – 6,0 : drip KCI 10 mEq
- > 6,0 : tidak diberikan
Bikarbonat
- Jika pH < 6,9: berikan drip 100 mEq natrium bikarbonat
- Jika pH 6,9 – 7,1: berikan drip 50 mEq natrium bikarbonat
- Jika pH > 7,1: drip natrium bikarbonat tidak diberikan
Tatalaksana umum
- Terapi oksigen bila PO2< 80 mmHg
- Pemberian nutrisi yang tepat
- Antibiotika adekuat
- Tatalaksana faktor pencetus
- Pemantauan tanda vital, keadaan hidrasi, balans cairan, dan laboratorium
Daftar pustaka
- Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktek Klinis. Jakarta: Interna Publishing. 2015
- Nasution SA, Santoso M, Rachman A, Muhadi M. Buku Panduan Clinical Pathway. Jakarta: Interna Publishing. 2015